Selamat ulang tahun yang ke 16
yaa :p Maaf aku Cuma bisa kasih ini. Semoga kamu suka. Cici memandangi sepotong
kertas kecil ditangan ku dengan perasaan bingung. Di ujung kertas itu tertulis
Secret
admirer. “Secret admirer ? Siapa ya ?” gumam Cici. Sudah beberapa kali kertas itu dibolak
– balikan, juga kardus kado yang berisi boneka beruang berwarna coklat tua yang
tingginya hampir sama dengan Cici, tapi Cici tidak menemukan petunjuk apapun
tentang secret admirer itu. Cici
malah menemukan sepotong kertas lagi di bandul kalung boneka beruang itu. Hallo
kesayanganku. Gimana kamu suka nggak bonekanya? Kuharap kamu suka. Lagi – lagi hanya ada
tulisan Secret
admirer di
ujung kertas.
***
Kali
ini secret admirer mengirim sebuah
kotak musik berwarna pink pucat. Jika dibuka mengalun musik indah lengkap
dengan penarinya. Kali ini secret admirer
ini nggak pake jasa pos kaya hadiah yang pertama tapi,menaruh hadiahnya di
dalam tas Cici. Namun tetap saja ada suratnya. ”Pasti secret admirer ini sekelas
denganmu” kata Caca menebak saat Cici cerita tentang secret admirer itu.
Di lain waktu si secret admirer itu ngasih kura – kura,
katanya di dalam surat supaya Cici punya teman untuk mengobrol saat di rumah
sendirian. Tapi tak berselang lama kura – kura itu mati gara – gara terkena
sabun saat Cici sedang mencuci rumah kura – kura yang terbuat dari kaca itu.
“Semoga saja dia nggak tau kura – kura yang ia berikan mati” itu kata Cici saat
tau kura – kuranya mati.
***
Dafa
sedang melamun di teras kamarnya sambil memandang rumah di sebelah rumahnya,
lebih tepatnya kamar yang ada di rumah itu. Kamar seseorang yang berhadapan
langsung dengan kamarnya, jadi Dafa lebih mudah untuk mengamati kamar itu.
Tepatnya gadis yang menghuni kamar itu. “Semoga saja dia suka” gumam Dafa
sambil tersenyum. Walaupun Dafa sudah
lama mengenalnya, tapi Dafa sama sekali tidak tau apa kesukaan gadis itu. Dulu
memang ia pernah dekat dengan gadis tapi sebelum Dafa mengenal lebih jauh
tentang gadis itu, mereka bertengkar dan akhirnya mereka lost contact. Dafa teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Di
kamar itu terlihat gadis yang sepantaran denganya sedang mengamati sesuatu.
Sepertinya gadis itu sedang bingung. Di hari berikutnya gadis itu duduk di
teras kamarnya, sehingga berhadapan dengan Dafa. Tapi gadis itu tidak menyadari
jikalau Dafa memperhatikannya. Gadis itu sibuk sambil memandangi sesuatu yang
tidak terlalu jelas untuk Dafa. Namun gadis itu tersenyum tanpa sadar Dafa ikut
tersenyum. Nama gadis itu adalah Liana.
***
“Huft
hari ini sungguh melelahkan. Gara – gara tugas pak Arman yang harusnya
dikumpulin minggu depan eh nggak ada angin nggak ada ujan dia minta dikumpulin
hari ini juga. Gue kan jadinya nggak bisa ngobrol - ngobrol sama Caca, makan
bareng kek biasanya. Ya walaupun tadi Caca ke kelas gue buat bantuin ngerjain
tugas, tapikan jadi nggak bisa santai – santai” gerutu Cici panjang lebar. Cici
dan Caca memang udah nggak satu kelas lagi kayak waktu kelas sepuluh dulu. Hari
sudah larut malam. Malam hari memang selalu indah apalagi kalau sedang terang
bulan begini kan jadi bisa liat bintang bersinar dengan terangnya. “Cici….
sayang ada Caca nih” teriak mama Cici. “Iya ma, suruh Caca kekamar Cici saja”
sahut Cici tanpa mengalihkan pandangannya dari bintang dilangit. Tak lama kemudian Caca datang dengan membawa
kardus besar. “Lo bawa apaaan ca ?” tanya Cici. “Enggak tau nih tadi gue nemuin
tergeletak di depan rumah lo dan disini ada nama lo, jadi ya gue bawa aja
kesini” jawab Caca setelah meletakan kardus yang dibawanya. Setelah dibuka
ternyata isinya gaun berwarna putih tulang selutut tanpa lengan. “Eh Ca ini ada
suratnya” kata Cici yang menemukan surat di kardus itu.
Hallo
kesayanganku pasti kamu heran ya kenapa kau selalu ngasih kamu kado walaupun
kamu udah nggak ultah dan di kado itu selalu ada suratnya. Mungkin aku memang
pengecut karna aku nggak berani ngomong sendiri ke kamu. Tapi kali ini aku mau
mengaku. Syaratnya kamu harus ikut aku, jangan lupa pake gaun yang aku kasih
ya. Oh iya ajak Caca juga oke ? kita ketemu di taman deket rumah kamu. Sampai
jumpa kesayanganku.
Secret
admirer
***
“Dafa
kamu sudah siap belum” teriak mama Dafa dari lantai bawah. “Iya maaa..
sebentar” kata Dafa lalu turun kebawah menemui mamanya. “Dafa mama pergi dulu
ya, ntar kamu nyusul” kata mamanya. Dafa hanya mengangguk dan masih sibuk
memeriksa penampilannya takut kalau ada yang kelupaan.
***
“Udah
cantik kok Ci, ayo buruan” kata Caca saat melihat Cici sedang menatut – matut
dirinya di depan kaca sebelum mereka berangkat.
“Ca
kira – kira siapa ya si secret admirer itu ?” kata Cici. “Terus kenapa kita
suruh dateng kesini ?” lanjut Cici. “Entahlah” jawab Caca dengan muka cueknya
dan langsung pergi mencari makanan, sedangkan Cici terlihat kesal
“Liana
akhirnya kamu datang juga” secara reflek liana menoleh mendengar ada yang
memangil namanya. “Da…faaa” kata liana terbata – bata. “Iya ini aku Dafa maaf
ya atas kejadian itu bikin kita bertengkar dan maaf juga kalau selama ini aku
engga ada kabarnya. Aku juga mau ngaku kalau aku yang sering kasih kamu hadiah.
Aku ini secret admirer mu” kata Dafa
panjang lebar. “Aku kangen kamu Fa” kata liana. “Aku juga” kata Dafa. “Oh iya
boleh nggak kalau aku panggil kamu Cici aja, Liana Cynthia Margaretha alias Caca”
lanjut Dafa. “Iya boleh kok. Tapi ada syaratnya” kata Cici. “Kamu harus jadi
sahabat aku selamanyaa” lanjut Cici. “Siap” jawab Dafa dengan semangat ’45.
“Eittss, ada satu lagi” kata Cici. “Apa ?” kata Dafa masih dengan semangat ’45
nya. “kamu sering – sering aja kasih aku hadiah ya ?” kata Cici, Dafa langsung
mengendong Cici muterin taman. “Nah itu hadiahnya. Hahhaha….” Dafa tertawa, Cici
pun ikut tertawa walaupun penampilannya sudah acak – acakan gara – gara
digendong Dafa.
THE END
By : Sofi Tri Maharani