Kamis, 17 September 2015

MY Cerpen : YOU ARE MY BESTFRIEND



Selamat ulang tahun yang ke 16 yaa :p Maaf aku Cuma bisa kasih ini. Semoga kamu suka. Cici memandangi sepotong kertas kecil ditangan ku dengan perasaan bingung. Di ujung kertas itu tertulis Secret admirer. Secret admirer ? Siapa ya ?”  gumam Cici. Sudah beberapa kali kertas itu dibolak – balikan, juga kardus kado yang berisi boneka beruang berwarna coklat tua yang tingginya hampir sama dengan Cici, tapi Cici tidak menemukan petunjuk apapun tentang secret admirer itu. Cici malah menemukan sepotong kertas lagi di bandul kalung boneka beruang itu. Hallo kesayanganku. Gimana kamu suka nggak bonekanya? Kuharap kamu suka. Lagi – lagi hanya ada tulisan Secret admirer di ujung kertas.
***
Kali ini secret admirer mengirim sebuah kotak musik berwarna pink pucat. Jika dibuka mengalun musik indah lengkap dengan penarinya. Kali ini secret admirer ini nggak pake jasa pos kaya hadiah yang pertama tapi,menaruh hadiahnya di dalam tas Cici. Namun tetap saja ada suratnya. ”Pasti secret admirer ini sekelas denganmu” kata Caca menebak saat Cici cerita tentang secret admirer itu.
            Di lain waktu si secret admirer itu ngasih kura – kura, katanya di dalam surat supaya Cici punya teman untuk mengobrol saat di rumah sendirian. Tapi tak berselang lama kura – kura itu mati gara – gara terkena sabun saat Cici sedang mencuci rumah kura – kura yang terbuat dari kaca itu. “Semoga saja dia nggak tau kura – kura yang ia berikan mati” itu kata Cici saat tau kura – kuranya mati.
***
Dafa sedang melamun di teras kamarnya sambil memandang rumah di sebelah rumahnya, lebih tepatnya kamar yang ada di rumah itu. Kamar seseorang yang berhadapan langsung dengan kamarnya, jadi Dafa lebih mudah untuk mengamati kamar itu. Tepatnya gadis yang menghuni kamar itu. “Semoga saja dia suka” gumam Dafa sambil tersenyum.  Walaupun Dafa sudah lama mengenalnya, tapi Dafa sama sekali tidak tau apa kesukaan gadis itu. Dulu memang ia pernah dekat dengan gadis tapi sebelum Dafa mengenal lebih jauh tentang gadis itu, mereka bertengkar dan akhirnya mereka lost contact. Dafa teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Di kamar itu terlihat gadis yang sepantaran denganya sedang mengamati sesuatu. Sepertinya gadis itu sedang bingung. Di hari berikutnya gadis itu duduk di teras kamarnya, sehingga berhadapan dengan Dafa. Tapi gadis itu tidak menyadari jikalau Dafa memperhatikannya. Gadis itu sibuk sambil memandangi sesuatu yang tidak terlalu jelas untuk Dafa. Namun gadis itu tersenyum tanpa sadar Dafa ikut tersenyum. Nama gadis itu adalah Liana.
***
“Huft hari ini sungguh melelahkan. Gara – gara tugas pak Arman yang harusnya dikumpulin minggu depan eh nggak ada angin nggak ada ujan dia minta dikumpulin hari ini juga. Gue kan jadinya nggak bisa ngobrol - ngobrol sama Caca, makan bareng kek biasanya. Ya walaupun tadi Caca ke kelas gue buat bantuin ngerjain tugas, tapikan jadi nggak bisa santai – santai” gerutu Cici panjang lebar. Cici dan Caca memang udah nggak satu kelas lagi kayak waktu kelas sepuluh dulu. Hari sudah larut malam. Malam hari memang selalu indah apalagi kalau sedang terang bulan begini kan jadi bisa liat bintang bersinar dengan terangnya. “Cici…. sayang ada Caca nih” teriak mama Cici. “Iya ma, suruh Caca kekamar Cici saja” sahut Cici tanpa mengalihkan pandangannya dari bintang dilangit.  Tak lama kemudian Caca datang dengan membawa kardus besar. “Lo bawa apaaan ca ?” tanya Cici. “Enggak tau nih tadi gue nemuin tergeletak di depan rumah lo dan disini ada nama lo, jadi ya gue bawa aja kesini” jawab Caca setelah meletakan kardus yang dibawanya. Setelah dibuka ternyata isinya gaun berwarna putih tulang selutut tanpa lengan. “Eh Ca ini ada suratnya” kata Cici yang menemukan surat di kardus itu.

Hallo kesayanganku pasti kamu heran ya kenapa kau selalu ngasih kamu kado walaupun kamu udah nggak ultah dan di kado itu selalu ada suratnya. Mungkin aku memang pengecut karna aku nggak berani ngomong sendiri ke kamu. Tapi kali ini aku mau mengaku. Syaratnya kamu harus ikut aku, jangan lupa pake gaun yang aku kasih ya. Oh iya ajak Caca juga oke ? kita ketemu di taman deket rumah kamu. Sampai jumpa kesayanganku.
                                                                                                            Secret admirer

***
“Dafa kamu sudah siap belum” teriak mama Dafa dari lantai bawah. “Iya maaa.. sebentar” kata Dafa lalu turun kebawah menemui mamanya. “Dafa mama pergi dulu ya, ntar kamu nyusul” kata mamanya. Dafa hanya mengangguk dan masih sibuk memeriksa penampilannya takut kalau ada yang kelupaan.
***
“Udah cantik kok Ci, ayo buruan” kata Caca saat melihat Cici sedang menatut – matut dirinya di depan kaca sebelum mereka berangkat.
“Ca kira – kira siapa ya si secret admirer itu ?” kata Cici. “Terus kenapa kita suruh dateng kesini ?” lanjut Cici. “Entahlah” jawab Caca dengan muka cueknya dan langsung pergi mencari makanan, sedangkan Cici terlihat kesal
“Liana akhirnya kamu datang juga” secara reflek liana menoleh mendengar ada yang memangil namanya. “Da…faaa” kata liana terbata – bata. “Iya ini aku Dafa maaf ya atas kejadian itu bikin kita bertengkar dan maaf juga kalau selama ini aku engga ada kabarnya. Aku juga mau ngaku kalau aku yang sering kasih kamu hadiah. Aku ini secret admirer mu” kata Dafa panjang lebar. “Aku kangen kamu Fa” kata liana. “Aku juga” kata Dafa. “Oh iya boleh nggak kalau aku panggil kamu Cici aja, Liana Cynthia Margaretha alias Caca” lanjut Dafa. “Iya boleh kok. Tapi ada syaratnya” kata Cici. “Kamu harus jadi sahabat aku selamanyaa” lanjut Cici. “Siap” jawab Dafa dengan semangat ’45. “Eittss, ada satu lagi” kata Cici. “Apa ?” kata Dafa masih dengan semangat ’45 nya. “kamu sering – sering aja kasih aku hadiah ya ?” kata Cici, Dafa langsung mengendong Cici muterin taman. “Nah itu hadiahnya. Hahhaha….” Dafa tertawa, Cici pun ikut tertawa walaupun penampilannya sudah acak – acakan gara – gara digendong Dafa.
            THE END
                        By : Sofi Tri Maharani

PUISI : Jalak Bali



Kecil mungil tubuhmu
Putih sucinya bulumu
Hitam legam ekor sayapmu
Biru cerah tanpa bulu pipimu
Bagaikan langit di hari cerah
Oh… Jalak bali
Sungguh indah dipandang mata
Membuat setiap yang memandang
Tergiur akan keelokan tubuhmu
Jalak bali …
Terbang bebas di angkasa luas
Kesana kemari tanpa kenal lelah
Hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya
Kini engkau terkurung sendiri dalam sangkar
Di depan rumah rumah si “pemburu nakal”
Yang tidak bertanggung jawab
Keelokanmu membuat mereka buta
Engkau yang seharusnya dijaga, dilindungi
Sebagai simbol pulau Bali
Tapi engkau malah diburu ditembak diperjualbelikan
Bukan hanya 1 atau 2 tapi ribuan Jalak bali
Hanya untuk uang yang tidak seberapa
Hingga kini kau terancam punah
Sungguh malang nian nasibmu wahai jalak bali